Kamis, 12 Januari 2012

Pernahkah Orang Memberimu Kepercayaan?

Orang-orang kepercayaan adalah orang yang telah sekian lamanya menunjukkan bahwa ia layak untuk mendapatkan kepercayaan itu. Amat jarang orang yang baru bekerja dalam jangka waktu singkat lalu langsung diberikan kepercayaan. Bila itu ada, maka barangkali orang itu memiliki hubungan tertentu, misalnya keluarganya sendiri atau orang lain yang direkomendasikan oleh sahabat atau kenalannya. Namun hal itu hanyalah kepercayaan yang diberikan karena keterkaitan tertentu atau rekomendasi. Tapi kepercayaan yang murni diberikan kepada seseorang kalau ia telah membuktikan selama bertahun-tahun atau dalam jangka waktu yang panjang bahwa ia setia, jujur, adil, dewasa, bijaksana dan pandai, dapat dipercaya dan diandalkan untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang penting. Ia diharapkan tidak akan membelot atau menyalah-gunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 

Karena kalau hal itu terjadi, ia akan
dipecat dan bisa saja diproses secara hukum jika diperlukan, lalu ia harus menerima akibatnya. Karena itu orang kepercayaan yang sadar akan pentingnya tugas yang diberikan kepadanya, dan akan tingginya nilai sebuah kepercayaan, tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepadanya itu.

Lihatlah orang-orang terpilih yang dipercayakan untuk menggarap kebun anggur saat pemilik kebun anggur berangkatke luar negeri (Luk 20:10). Mereka diberi kepercayaan dengan perjanjian bahwa para penggarap itu memberikan sebagian dari hasil kebun anggur itu kepada pemiliknya. Namun apa yang terjadi? Mata para penggarap itu telah silau dengan hasil yang diterimanya, dan tak mau memberikan hasil kebun anggur kepada pemiliknya sesuai perjanjian. Seharusnya mereka bersyukur bahwa diberikan kepercayaan. Namun kepercayaan itu tidak dipakai semestinya. Mereka terlena dengan apa yang ada, terperosok dalam kerakusan, terjerat dalam keserakahan. Mereka lupa bahwa kebun anggur itu bukan miliknya dan tak pernah akan menjadi kepunyaannya sampai kapan pun.

Tindakan brutal pun diambilnya tanpa berpikir akan resiko dan akibat buruk dari tindakannya. Hamba yang disuruh oleh tuan kebun anggur dipukulnya, bahkan anak kandung pemilik kebun anggur itu dibunuhnya (Luk 20:14), dengan pikiran yang amat naif bahwa nanti mereka akan mewarisi kebun anggur itu. Mereka melangkah tanpa berpikir, bertindak tanpa mau tahu resikonya. Tak disadarinya sedikit pun juga bahwa mereka itu diberi kepercayaan. Betapa materi dan harta menyilaukan mata mereka, membuatnya buta untuk melihat hal itu, lalu terjerat dalam pikiran spekulatif keliru bahwa mereka akan menjadi pewaris, suatu hal yang gampang dipikirkan tapi tapi tak semudah itu diwujudkan.

Hanyalah penyesalan yang terjadi saat tuan kebun anggur itu datang. Kebun anggur itu diambilnya dari mereka dan dipercayakan kepada orang lain. Habislah harapan mereka. Memang penyesalan selalu datang di akhir. Tak hanya itu. Penggarap itu sudah kehilangan kepercayaan, tak punya lagi lahan untuk digarap. Lebih parah lagi, mereka itu semua dibinasakan oleh tuan kebun anggur itu. Hidup mereka sendiri pun menjadi bayarannya. Habislah segalanya gara-gara menyalah-gunakan kepercayaan.

Memang perumpamaan ini ditujukan pada orang-orang Yahudi yang diberi kepercayaan keselamatan oleh Allah, tetapi mereka memukul nabi-nabi yang diutus-Nya, bahkan membunuh putera-Nya sendiri di kayu salib. Mereka itu menanggung akibatnya, dengan datangnya musuh memporak-porandakan kota Yerusalem, meratakan rumah-rumahnya sampai ke tanah dan menghancurkan Bait Allah pusat peribadatan serta membinasakan masyarakatnya (Luk 19:43-44), ramalan yang dipandang orang terwujud pada waktu serangan besar-besaran tentara Romawi terhadap kota Yerusalem dan meluluh-lantakkannya pada tahun 70 Masehi di bawah pemimpin pasukan tentara Romawi yang bernama Titus. Itulah hasil akhir dari masyarakat yang menyia-nyiakan kepercayaan!

Bukankah perumpamaan ini juga kena-mengena dengan kehidupan kita semua? Lihatlah situasi orang-orang yang diberi kepercayaan tetapi menyalah-gunakannya? Kebaikankah yang didapatkannya. Tidak! Kejatuhan yang diikuti penderitaan adalah akibatnya! Tetapi orang yang menghargai kepercayaan, dan melakukan tugasnya dengan setia sesuai kepercayaan yang diberikan kepadanya itu, adalah orang-orang yang mampu mengontrol dirinya dengan baik agar tidak tergoda dan terpengaruh dengan godaan kuat yang silih berganti datang menerpa. Mereka berdiri penuh iman, menjadi orang kuat, tahan uji, tetap pada pendirian kebenaran, dan selalu menjauhkan diri dari bahaya. Hasil yang ditunjukkannya amat mengagumkan. Mereka adalah orang-orang benar yang akan memperoleh mahkota kemuliaan dalam hidupnya. Betapa indahnya jika kita berkata bahwa orang-orang itu benar-benar adalah kita! **

Sumber : P. Viany Untu (misacorindo.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Video - Album Foto

Entri Populer